Penelitian ini bertujuan (1) mejelaskan tindak tutur
penolakan; (2) mendeskripsikan pola penolakan dari data yang
didapat melalui Discourse Completion Task (DCT) dengan teknik on
site random sampling. Teori Speech Acts of Refusals (SARs),
Thought Pattern serta beberapa teori terkait digunakan untuk
menjelaskan fenomena dalam data.
Hasilnya: (1) ungkapan penolakan dalam data berkategori
penolakan langsung (w 64% dan p 63%) dan tak langsung (w 36%
dan p 37%). Penolakan langsung terdiri dari Performative dan Non-Performative (“No†dan “Negative Willingnessâ€) dengan
kecenderungan pada Non Performative (w 99% dan p 97%).
Penolakan tak langsung terdiri dari (a) Statement of Rgret (w 25%
dan p 19%), (b) Statement of Wish (w 5% dan p 8%), (c) Excuse-Reason-Explanation (w 56% dan p 46%), (d) Statement of
Alternative (w 5% dan 3%), (e) Promise of Future Acceptance (w
8% dan p 19%), dan (f) Postponement atau penundaan (w 1% dan p
4%). Data mengindikasikan bahwa responden berupaya untuk
menekan resiko FTA. (2) Pola Inggris (w 36% dan p 37%) dan Pola
Oriental (w 64% dan p 63%) mewarnai ungkapan penolakan.
Artinya, responden cenderung menyampaikan penolakan secara
melingkar dan ini sesuai dengan budaya mereka.
Tiadanya variasi ungkapan penolakan mengindikasikan
rendahnya kompetensi tindak tutur (penolakan) dan implikasi
pedagogisnya adalah pembenahan manajemen kurikulum dan
manajemen exposure.